Jumat, 11 Mei 2012

bahkan dia tersenyum....


ya,
dia kawan,
sosok wanita hebat yang kukenal,
tak perlu melihat prestasi untuk menunjukkan kehebatannya,
tapi dia memang hebat...wanita hebat yang kukenal.

setelah sekian lama aku tak pulang kerumah,
dia kini tak lagi mencemaskanku,
meski kadang kupikir lagi,
apakah dia tak lagi mencintaiku,
namun aku yakin saja, cintanya kuat padaku,

sore itu aku sempatkan diri,
meski hanya sekedar menukar baju kotor dengan baju bersih,
sejenak saja, lalu meninggalkannya kembali,
hanya kecupan dingin di tangannya yang kuberikan padanya, tak lebih.

sejenak saat aku hendak meninggalkannya,
gelisah hati kurasa,
dia nampak layu,
demam di tubuhnya kian meninggi,
suaranya parau mengantar kepergianku,
batuk tertahan meliputi dirinya,

hingga saat aku sedang berjibaku dengan segala kesibukanku,
berita itu datang...beliau dilarikan ke Rumah Sakit.
kondisi tubuhnya tak bisa lagi menahan,
lunglai terseok,
diam terbaring,

tapi dialah wanita hebat,
seolah tak ada apa-apa,
hanya fisik saja yang tak berdaya,
semangat, senyum, dan cintanya tetap membara,

dia tetap tersenyum kawan,
bahkan dalam berat sangat sakitnya,
dalam terbaring di ranjang putih itu,
dalam detik-detik waktu jelang kepergiannya,
mungkin benar seperti yang dia sampaikan,
"aku mungkin akan mati dalam terbaring"

dia tetap tersenyum kawan,
seolah tak ada rasa sakit darinya,
tak ada gundah gulana,
tak ada resah membasah,
yang ada hanya senyuman kecil..yang dihadirkan padaku.

"sakit itu nikmat kusnan, tak perlu dirisaukan,
meringankan beban dosa kita,
mati itu pertemuan, tak perlu ditakutkan,
jasad ini hanya titipan, nyawa inipun milikNya"
demikian ucapnya ringan,

"tak perlu ada penyesalan,
jika lebih banyak dosa, kita harus siap menerima akibatnya
jika berpikir banyak pahala, jangan sampai sombong membakar amal kita,"
demikian tambahnya,

kupegang dahinya,
panasnya kian bertambah,
raut mukanya memucat,
namun senyumannya tak berkurang sedikitpun,

saat kulihat dia menahan sakit tak terkirakan,
dia tetap memaksa menghadirkan senyuman,
seolah akhir hidupnya harus berujung keceriaan,

dia tetap tersenyum kawan,
bahkan saat ruh demi ruhnya ditarik,
saat perlahan tubuhnya menggelinjang,
saat perih tak tertahan hadir dalam jasad tak berdayanya,
hingga saat terakhir nafasnya berhembus,
senyumannya masih dipertahankan,
seolah dia tak ingin menyapaNya dalam kesedihan,

aku yang langsung berdiri dan teriak,
teriak dengan penuh lantang,
hingga suaraku memenuhi ruangan itu,
kemudian aku menangis sejadinya,
penyesalanku baru datang,
aku telah lama meninggalkannya,
tak ada bakti kepadanya,


dalam segala kesedihan aku terseok jatuh,
jatuh tak sadarkan diri,
untuk sekian lama aku tak sadrkan diri,
terbaring dalam tidur berpanjangan,
hingga akhirnya aku dibangunkan....

dan subhanallah.....
beliaulah yang membangunkanku,
"kus, ayu antarakan...."


#akupun mengantarkannya ke dokter,
beliau masih tersenyum dan ceria,
hanya menahan sedikit sakit tubuhnya,

pagi akhir pekan,
07.59 WIB 12 mei 2012
mokhamad kusnan


Tidak ada komentar:

Posting Komentar