Jumat, 15 Februari 2013

cintanya dalam, membungkus luka


"paman buatkan jaketnya, paman kan YOUTHCARE"
demikian ucapnya saat pertemuan terakhirku dengannya,

dialah paman kandungku,
perawakannya hitam legam, tinggi, kurus,
tapi dialah paman terhebat,
paman nomor satu sedunia,

aku tak asal menyebut dia paman nomor satu sedunia,
tapi memang dialah orangnya,

cintanya dalam,
sedalam lautan terdalam,
cintanya nyata,
senyata pandangan mata,
cintanya tulus,
setulus hembusan angin,

dia yang lama tak pernah kujumpa,
ah, bahkan aku tak sempat mengenalnya,
hanya ingatan sayu saat masa kecilku,
bagaimana tidak, dia menghilang entah kemana sejak aku masih belia,
masih menjadi bayi yang hanya bisa menangis untuk komunikasi,

tapi pamanku malah pergi,
dia hilang entah kemana,
hilang ditelan bumi,

ah bukan,
dia mencari penghidupan,
dia merantau,
dia berjuang untuk mimpi dan masa depannya,

Dumai kawan,
Dumai, Riau,
ya, itulah destinasinya,
dia memilih masa depannya disana,

lama....
teramat lama aku tak melihatnya,
bahkan akupun sempat bingung,
bagaimana wajah pamanku ini,
2007,
mungkin di pertengahan tahun itu,
untuk pertama kalinya aku harus menemuinya,
bukan keinginanku, aku hanya menjalankan perintah budeku,
menjemputnya di bandara Soekarno Hatta,
ah, kalo tak ada alat komunikasi bernama HP itu, aku akan cukup kesulitan,

betapa tidak,
terakhir aku melihatnya aku masih orok,
tak kuat lah ingatanku akan wajahnya,
dan belum lagi waktu pasti merubah wajahnya,

dan siang itu aku cukup kaget,
kalo kebanyakan orang bilang aku berkulit gelap, hitam,
pamanku mungkin biangnya,
ya...
siang itu aku nyaris tidak percaya,
seperti dipaksa mengakui,
ternyata pamanku sehitam orang negro.

saat itu, untuk beberapa bulan,
pamanku di ibukota untuk menyelesaikan pendikannya,

==

dan setelah sekian lama tak berjumpa,
Allah pertemukan kembali aku dengannya,

Milad YOUTHCARE kawan,
NYC, dan Sinergi Cinta,
pernikahanku kawan....

tadinya aku sempat bingung,
bagaimana bisa menjelaskan kepada keluarga besarku,
keluarga di kampung halaman sana,
juga sleuruh keluarga besarku, di kota dan desa,
bingung untuk menjelaskan, apa itu YOUTHCARE,
dan apa kesibukanku selama ini,
yang menyita waktu dan nyaris seluruh kehidupanku,

dan akhirnya kupilih,
menyatukan beberapa acara YOUTHCARE,
mulai dari Konferensi Pemuda Nasional, HUT YOUTHCARE, dan pernikahanku.

aku sudah siap,
entah apa kata orang nantinya,
aku siap akan smeua kritik dan gunjingan,

dan memang benar saja kawan,
acara 20 januari 2013 itu banyak menuai kritik,
kritik dari keluarga besarku, dan kritik dari peserta,
ah,
selagi yang kulakukan tak melanggar hukum, tak melanggar syari'at,
tak apa jika hanya dibenci manusia,
ditinggalkan manusia tak mengurangi amalan kita,

"memanfaatkan YOUTHCARE untuk keuntungan pribadi"
"memakai uang YOUTHCARE untuk diri sendiri"
dan bla-bla-bla....banyak fitnahan itu...
atau kritikan dari keluargaku,
"kayak gabisa cari duit aja, nikahan digabung segala..."

apapun itu aku hanya bisa diam,
aku hanya yakin pilihanku benar,

aku hanya tak ingin pernikahanku mubadzir,
sementara YOUTHCARE butuh dana besar untuk acaranya,
aku hanya ingin tak mementingkan pribadi,
sementara keuangan YOUTHCARE butuh dukungan,

hingga acara itu berjalan,
alhamdulillah,
semua untuk visiku, untuk YOUTHCAREku,
seolah tak ada yang lebih ingin aku perjuangkan,
kecuali logo tangan menyokong dunia itu benar-benar menjadi nyata,
memberikan kontribusi terbesar untuk ummat manusia,

==

kembali ke pamanku,
dialah paman nomor satu sedunia,
dia tak peduli sindiran beberapa keluarga,
dia hanya tersenyum saat lihat resepsi pernikahanku,
dia tetap tersenyum dalam ramainya mansuai yang hadir itu,

dia paman nomor satu sedunia,
bukan omong kosong,

ini alasanku kawan,
menyebutnya sebagai paman nomor satu sedunia,
betapa tidak,
saat itu,
dalam jasadnya sebuah penyakit kronis menggerogotinya,
tubuh kokoh dan kuat dibuatnya ringkih,
dan...
dia bungkus semua rasa sakitnya untuk acaraku,
dia paksa meninggalkan Pekanbaru ke Jakarta untuk melihatku,
dia perjuangkan dan kuatkan jasadnya untuk hadiri undanganku,

ya,
dialah paman nomor satu sedunia,
aku tau,
senyuman waktu itu untuk membungkus rasa sakitnya,
menutup rasa sakit dari organ dalam yang sudah sekarat itu,

cintanya dalam,
demi keluarga dan keponakannya,
demi aku dan ibunya,
dia bungkus semua rasa sakit yang dirasa,

==

dan benar saja kawan,
tak lama sepulang dari menghadiri undanganku,
tak lama sepulang dri ibukota,
dia kembali harus dirawat,
bahkan beberapa hari sempat tak sadarkan diri,

jasadnya sudah payah,
darah keluar dari mulutnya,
organ dalamnya tak berfungsi seperti mansuia biasa,
otaknya mulai mengalami pendarahan,

dan  saat itu,
cintaku diujinya,
tapi dialah pamanku,
paman nomor satu sedunia,
lewat istrinya dia tak ingin aku tau kondisinya,
dia hanya berpesan "sampaikan ke kusnan kalo paman baik-baik saja"
padahal nyatanya, dia diujung usianya.

==

Rumah Sakit Santa Maria, Pekanbaru,
Jum'at pukul 21.50,
dia menghembuskan nafas terakhirnya,
menyudahi seluruh perjuangnnya,
tanpa aku disisinya,
seolah dia ingin buktikan,
dialah paman nomor satu sedunia.

tak peduli dengan sakitnya,
tak peduli seberapa besar biaya yang ahrus dibayarnya,
cintanya dalam, tak bisa dihalangi apapun, dia bungkus semua penghalang,
dia buktikan cintanya,
dialah paman nomor satu sedunia.

==
teruntuk seorang yang paling menginspirasi,
manusia paling tangguh yang kukenal,
paman nomor satu sedunia,
yang kini sudah tersenyum selamanya,
di dunia yang lebih indah dari dunia nyata.

doaku semoga dipertemukan kelak di surga,
di tempat yang tiada rasa sakit untuknya,
amin.
pagi jelang subuh di Ibukota,
dalam kedukaan yang harus membangkitkan,
6 jam setelah wafatnya beliau,
16 februari 2013, pukul 04.35
Mokhamad Kusnan

dia tetap tersenyum membungkus sakit yang diderita,
aku sempat mencium keningnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar