Senin, 19 Desember 2011

masihkah negeri ini bisa menyulap tongkat jadi tanaman?

katim,
singkat,
teramat singkat untuk diucapkan,
tapi jujur aku sendiri masih bingung,
entah apa artinya,
yang jelas begitu saja dia mengucapkan,
saat akhirnya aku beranikan diri bertanya,

badannya kurus,
kulitnya kuning langsat,
tapi karena mungkin jarang mandi dan tidak dirawat jadi coklat,
hemm...kalo aku tempel tanganku,
kulitku lebih cerah dari kulitnya.

pagi tadi, aku tak sempat menyapanya,
dia biasa shalat subuh di masjid dekat sekretariat YOUTHCARE,
nah pagi tadi aku entah kenapa,
tertidur,
padahal sudah aku niatkan untuk tidak tidur sampai subuh,
maklum mengisi training pengurus YOUTHCARE sampai pagi,
belum lagi mencari makanan sahur,
dan akhirnya aku selesai sahur dan 3 rakaat witir sampai setengah 4.
menunggu adzan,
aku baringkan tubuh,
dan ternyata barui terbangun setelah jam 5, astaghfirulloh,
alhamdulillah sih bisa jamaah dengan penghuni sekret YOUTHCARE.

kembali ke Katim,
dia anak belasan tahun yang mencoba mandiri,
nekat sih,
konflik orang tuanya,
juga lilitan kemiskinan membawanya kabur dari rumah,
beberapa hari ini dia gentayangan di pasar minggu,
kadang di larut malam,
dia menjual plastik,
kadang juga tak segan mengumpulkan sayuran yang terbuang dan memakannya,
pernah kutemui dia memakan kentang mentah.
pernah juga dia memakan wortel.
di kota, tapi primitif seperti di hutan,

lagi-lagi dialah Katim,
manusia yang terbuang,
terbuang dari kasih sayang orang tua,
terbuang dari lingkungan,
tereliminasi oleh kemiskinan yang kian menjerat.
ibunya sakit, tak bisa kerja selama dua tahun, biasanya mencuci baju tetangga.
sang ayah juga hanya menjadi pemulung,
kadang mengumpulkan sampah di komplek-komplek, kadang jualan rokok di jalanan.

sama dengan Katim,
namun katim memiliki kekurangan,
mentalnya lemah, gaya bicaranya parau, seringkali ketakutan saat disapa orang.
baru empat hari lalu aku memberanikan diri bertanya,
sambil memberikan sepotong roti bakar,
dia senang sekali,
dia bahkan bilang,
kalo dirinya pernah nunggu satu jam hanya untuk melihat sang pedagang roti bakar membakar rotinya,
dia ingin menikmati aromanya...itu saja.

Katim,
ba'da magrib tadi terlihat menungguku,
di depan masjid dekat sekret YOUTHCARE,
rupanya dia ingin pamit,
entah kemana aku tak tahu,
katanya dia dapat ilham untuk ke suatu tempat,
entahlah,
kadang kelaparan yang sangat emmbuat dia ngigau.

dua lembar uang aku berikan ke dia,
dia agak malu menerima,
meski akhirnya kupaksa,
sedikit air mata,
menetes dari pipinya yang dekil,
dia pergi...
dan aku tak bisa berbuat apa-apa

katim,
bagai ranting yang kering,
kini ia patah dan hilang,
aku berharap dia masih bernyawa,
untuk kemudian tumbuh menjadi batang yang kokoh,
bukankah negeri ini bisa menumbuhkan kayu yang dilempar?
ah, "tongkat dilempar jadi tanaman",
demikian bunyi lagunya,
aku masih ingat.
semoga saja


ba'da Isya,
sekret YOUTHCARE.
12 12 2011
Mokhamad Kusnan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar