Senin, 12 Maret 2012

dakwah, kain sarung, dan pak Salim...


sebuah acara tatsqif,
dihadiri ratusan aktivis dakwah,
penyegaran kembali,
carger keimanan dan konsolidasi,

hari itu sengaja aku tak menghadiri,
ah..sepertinya kini aku banyak melalaikan kebersamaan itu,
tapi inilah alasanku,,,,aku memiliki kesibukan super tinggi yang mungkin tingkat efektifitasnya lebih besar.

dakwah, koko, dan kain sarung,
demikian tema yang disampaikan,
tentang adab dakwah,
tentang fiqih dakwah,
tentang cinta...

ah...
bukankah itu sudah lama disampaikan?
bukankan itu yang dari dulu juga disampaikan?

agar aktivis dakwah membaur,
agar akjtivis dakwah dikenal,
agar aktivis dakwah disegani dan dihormati,
oleh masyarakat sekitarnya,

koko dan kain sarung kawan,
ini yang biasanya dilalaikan oleh para ikhwan,
saat melangkahakan kaki shalat berjamaah di masjid dekat rumah,
di masjid kantor, atau di masjid dalam perjalanan dan rutinitas mereka,

koko dan kain sarung,
alasannya simpel,
masyarakat kita budayanya seperti itu,
shalat berjamaah ya rapinya pakai baju koko dan kain sarung,

haha...
tapi inilah aktivis kita,
para abege dan anak muda gaul,
lebih senang shalat dalam bingkaian modisnya,
celana jeans dan kaos,
atau kemeja dan stelan kerjanya,
atau celana gunung dan rompinya,
pokoknya gaul deh

salah?
ndak sih,
disini bukan dibahas salah atau benarnya,
disini dibahas tentang budaya,
tentang "respon" masyarakat ke kita.

coba aja deh kalo di masjid kampung sekitar rumah kita,
kita shalat dengan celana jeans stelannya kaos bergambar,
pasti tanggapan masyarakat, terutama kaum tua,
akan berpandangan kita sebagai pemuda yang baru sadar shalat,
tak ada perasaan segan ke kita,

alhasil kawan,
aktivis dakwah yang mungkin hafalannya 30 jus,
yang bacaan Qur'annya lebih baik, lulus tahsin,
dan yang ilmu agamanya segudang,
gara-gara jeans dan kaos oblong itu..
image masyarakat hilang dengan pandangan ustad,
berganti dengan image seorang anak muda gaul yang lagi sadar sholat.

"pahami kaummu, dakwahilah sesuia budayanya"
demikian perkataan seorang ustad,

"berbaur tapi tak lebur"
atau itu,
yup kawan,
kita ,musti berbaur,
menyaia mereka,
dalam koridor syari'at,
alsannya jelas, kita tak asing...

ah tapi beginilah aktivis kita,
"lha kan gak salah...
lha kan kita emang anak muda...
lha kan biar image kita anak gaul..
sulit kalo harus ganti baju,
apalagi bawa sarung ama peci.."

dan bla-bla-bla...
segudang alasan diungkapkan sang aktivis,
tujuannya satu....memebenarkan apa yang merekla kerjakan..


kawan,
belajarlah dari pak Salim...
beliau hanay seorang penjual minuman gellas dingin di pinggir jalan,
kadang jualan kerupuk kulit seribuan.

tapi dialah pak Salim,
setiap kumandang adzan dia langkahkan kaki ke masjid,
bergabung dengan jamaah orang kantoran,

seringkali kutemui pak Salim datang duluan,
masuk ke kamar mandi dan ganti pakaian,
kaor kumal dan romp[i bututnya diganti koko dan kaion sarung bersih rapi,
plus bau wangi yang lengkap menghiasi,
seolah tak ada lagi tampang kalau beliau sebenarnya penjual minuman dingin di lampu merah.

alhasil kawan,
sang pedagang asongan itu sering memimpin kami shalat,
sering menjadi imam shalat,

selain karena bacaan Qur'annya baik,
juga penampilannya yang lengkap kawan,
baju koko, kain sarung, peci, dan dilengkapi bau wangi...

dan begitulah pak Salim,
dia tak pernah merasa keberatan untuk ganti pakaian,
"kan menghadap Alloh kudu pakai baju yang bersih dan rapi mas. kalo perlu wangi"
demikian jawabnya saat kutanya tentangnya.
"udah dari kecil diajarin orang tua gini mas. shalat ya harus rapi. koko, kain sarung, peci..."
demikian jawabnya saat kutanya kenapa harus koko dan sarung,

dakwah, kain sarung, dan pak Salim...
introspeksi untuk para aktivis,
menyamakan budaya itu perlo loh,
toh hudayanya bagus dan "nyunah" kok..

dakwah, kain sarung, dan pak Salim...
haha...
bahkan aku saja pernah dikirim kain sarung kerumah oleh salah satu pengruus masjid,
"buat de kusnan. dia gapernah pakai kain sarung ke masjid. mungkin gak punya makanya ini dibelikan"

dakwah dan kain sarung,
ingat kawan...
kain sarung tak menjadikan kita kampungan,


dakwah, kain sarung, dan pak Salim.
agar kita diterima di masyarakat...
agar dakwah memasyarakat...
pagi dingin di ibukota,
06.33 wib 13 maret 2012
mokhamad kusnan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar