Selasa, 15 Mei 2012

"gua kira lu udah mati..."


disetiap nafas terhembus,
ada tanggungjawab disana,
seiring dengan kapasitasmu,
tanggungjawab besar menantimu...

kapasitas kawan,
dan inilah yang aku alami,
mungkin sudah jalan hidupku seperti ini,

2006 silam,
di sebuah kontrakan sederhana di bilangan Dayeuhkolot, Bandung.
diantara 4 murid sekaligus sahabat terbaikku,
kawan seperjuangan saat dulu bersama-sama menjadi pejuang samurai.
sebuah komitmen dan janji itu terucap,

sebuah komitmen awal untuk sebuah kepedulian,
yang berawal dari sebuah cerita malam,
saat aku menginap di salah satu kosan anak-anak hebat itu,
di bilangan Depok, setelah usai memikirkan bisnis dan akademis,

kala itu malam datang,
diskusi panjang tek terasa menerkam waktu,
hingga jam menunjukkan pukul 01.00 kami baru tersadar,
tersadar karena perut kami keroncongan,
dan malam itu kami keluar dari peraduan,
melangkahkan kaki di dinginnya malam yang sunyi,
hingga perjalanan kami dekat halte gerbatama UI,
langkah kami terhenti,
sosok manusia kerdil kumal tertidur meringkik di halte,
semua pandangan mata kami tertuju kepadanya..

gundah hati kawan,
saat itu aku yang langsung menuju anak itu,
mencoba membangunkan,
mengajak agar tidur di kosan kami,
menawarkan makan malam bersama kami,

beberapa menit kemudian,
anak dekil mungil itu lahap memakan makanan yg kami berikan,
di sebuah "restoran" kaum miskin pinggir jalan,
bersama kami berempat,
ya...mungkin itu adalah makanan aling nikmat yang pernah dia lahap,

"anis,,,"
demikian sang anak mengucapkan namanya saat kami tanya,
sesingkat itu, tanpa nama panjang dan lainnya,
dia selalu bilang "anis",
cukup itu kawan,
tak ada yang lain,

sosok anak mungil dekil itu sekitar usia 8 tahun,
kabur dari rumah karena dirumah baginya lebih kejam dari neraka,
ibunya hanya babu di tetangganya,
ayahnya sendiri pemulung,
anis adalah 4 dari 5 bersaudara,
semuanya tak ada yang sekolah,
hidup dan besar dalam sampah,
dan kini 4 dari 5 saudaranya itu berprofesi sama...gelandangan,

anis memilih menjadi pengamen,
awalnya dia tak memiliki bakat apapun,
karena keterpaksaan dia kini bisa menyanyi,
lagu-lagu baru yang sering dia dengar,
selalu dia coba hafalkan,
nongkrong di dekat penjual VCD bajakan,
sambil mendengarkan lagu dan menghafalkannya,
itulah proses "belajar" yang pernah dia tau dan dilakukan selama ini,
dia tak kenal seragam, buku, alat tulis, apalagi HP...
dia hanya tau belajar dengan mendengar dan menghafal,
dan dia hanya tau satu alat,
botol aqua kosong didisi beras segenggam,
beras...
katanya untuk dapat makanan harus dipancing dengan makanan,
itu yang diucapkan kenapa isisnya tak pasir atau batu kerikil saja.

anis,
dialah inspirasiku,
inspirasi kami,
hingga sebuah komitmen untuk kontribusi itu kami dirikan,
NIAT AMAL NYATA, yang kelak menjadi NANcare,
itulah awalnya,
kami dipertemukan,
dan kami terinspirasi,

dan pertengahan 2006,
saat kami dipisahkan oleh jarak,
hasil SPMB memaksa kami menelan pil pahit,
kami harus berpisah untuk mencapai cita,
memenuhi undangan kampus-kampus kampung,
meninggalkan jakarta,
menuju kampus dengan latar sawah..

pertengahan 2006,
sebuah dedikasi,
sebuah janji,
sebuah komitmen,
untuk membentuk NANcare..
untuk berkontribusi,

dan sejak deklarasi itu,
semua hari-hari kami dipenuhi semangat,
semangat cepoat selesai kuliah,
semangat mencari uang,
dan semangat menemui satu persatu anak-anak jalanan,

dan waktu berlalu,
ujian itu memisahkan diantara kami,
beberapa mundur dari jalan yang kami tetapkan,
hingga setengah tahun itu,
tinggal aku sendiri

==

dan kemarin malam,
setelah 2006 komitmen itu dibuat,
setelah aku terus mempertahankan dan memodifikasi visi,
sebuah sms menyapaku,
kemudian telpon bersambung,
sebuah pengulangan sejarah,
nostalgia suara,

"hey boy...masih aja yah lu..
gua kira lu udah mati.
keren deh sekarang dengan YOUTHCARE,
emang dasar pemimpi,
5 tahun gak ketemu,
lu masih aja kayak gitu"
demikian ucapnya serampangan...
di akhir kata baru dia meminta maaf
"sori bang...beneran dah gak ngira abang masih dengan janjinya"

janji kawan,
visi kawan,
itu yang pernah kuucapkan di hadapan mereka dulu,
di sebuah kontrakan kumuh di Dayeuhkolot, Bandung.

janji yang membuat jalan hidupku begini,
janji yang telah menelan rasa dan nafsuku pada dunia,
janji yang harus kubayar dengan seluruh perjuangan, pengorbanan, dan hingga nyawaku.

dan kemarin malam,
sebuah drama "penculikan",
seusai aku mengisi kajian anak-anak belia,
menanamkan idealisme dan pemikiranku,
dengan innova ketiga anak itu menangkapku,
menyergapku dan memasukkan dengan paksa dirik ke innova itu,
mengikat mataku dan menyuruhku tidur,
dua jam kawan, dalam kadaan mencekam,
aku dibawa ketiga pemuda berandalan,
entah ini penculikan atau apa...
yang jelas aku sempat takut tak karuan,
hingga akhirnya di sebuah pemberhentian,
mereka membuka mataku,
memaksaku menelan makanan sedap,
dan seusainya menyurhku menutup mata kembali,
diikatnya mataku dnegan kain,
dan melanjutkan perjalanan,

dan kami sampai,
di tempat yang aku tak menyangka,
di depan sebuah rumah kumuh tua,
teringat di benakku 6 tahun lalu,
ya...dirumah itu aku berjannji pada mereka,
"dengan atau tanpa kalian, gua akan perjuangkan visi gua,
hingga mati akan gua perjuangkan, catat janji gua"
aku masih ingat,
dan merekapun mencatatnya...

lalu aku dibawa ke tempat lain,
masih dnegan ditutup kedua mataku,
mobil melaju dengan kencang,
melewati jalan yang menanjak,
suasana dingin AC mobiul seketika mati,
jendela mobil dibuka,
hawa dingin menggigil menggantikannya,

dan sekian lamanya,
akhirnya ditengah malam itu aku sampai,
sampai di sebuah tempat di dataran tinggi kota lautan api,
disebuah rumah makan asri,
rumah makan yang dulu akupun pernaj berjanji padanya
"kita akan reunian kelak, di kampung daun"
dan malam itu terwujud,

namun aku tak sendiri,
tak hanya dengan 4 kawanku itu,
tapi...200 pemuda pemudi hasil didikan mereka menyambutku,
"leader...inilah sang guru saya,
inilah inspirasi saya,
dan inilah guru kita semua"
demikian ucap sahabatku itu,

air mataku mengalir,
subhanallah...
ternyata dia memegang janjiku,
dan ternyata dia memperjuangkannya,
dia...kini memiliki 200 leader pemuda-pemudi lintas profesi,
dan yang mereka perjuangkanpun tak jauh dari apa yang dulu kami sepakati...pemuda.
hanya ranahnya agak sedikit beda denganku,
dia perjuangkan pemuda-pemuda pelosok bandung untuk jadi entrepreneur...dan dialah inspiratornya.

dan hingga adzan subuh berkumandang,
aku bercerita dan menginspirasi anak-anak muda itu,
teriakan-teriakan kami dahulu,
kini disambut 200an pemuda-pemudi
FREEEDOOMMMMM....
"FIGHT FOR FREDOMM..."

"gua kira lu udah mati.."
bahkan hari itu aku tak tidur sama sekali,
pantas saja dia mengikat mataku,
dia tau aku sulit tidur,

"gua kira lu udah mati..."
karena sebuah janji adalah janji,
dan janji itu akan ditepati,
dan harga perjuangan harus dibayar,
visi haruys terrealisasi,
atau diperjuangkan hingga mati....

"gua kira lu udah mati..."
tidak kawan,
aku masih selalu ada dengan visi ini,
dan aku takkan pernah mati,
karena matiku akan digantikan dengan penerusku,
benih-benih ideliasme dan visi itu telah menyebar ke pelosok Indonesia,
yang akan memperjkuangkan visi bersama,
matiku hanya mengakhiri hidupku,
namun visiku hidup selamnaya.
sepertimu yang kini juga memperjuangkan hal sama,

"gua kira lu udah mati..."
pagi di ibukota,
16 mei 2012. pukul 08.11
dedikasi untuk YC RANGER,
ingin kukatakan "aku bangga punya kalian"

1 komentar: