Rabu, 30 Mei 2012
kalo bukan karena cinta, dia takkan cemburu.. :)
cinta kawan,
sekali lagi cinta,
aku tau betul dia memiliki cinta yang besar padaku,
sejak pertemuan pertama kami,
sampai aku menyapanya,
dan seringnya kami bertemu,
ah cinta....
Danis kawan,
seperti yang pernah kutulis sebelumnya,
dia hanya seorang anak kecil kelas 1 SD,
seorang anak mungkil lugu,
namun kutau dia seorang pembelajar,
terlebih...dia lugu dan penurut kawan,
Danis..
demikian dari mulut mungil anak itu keluar,
sebuah nama singkat namun hebat,
seorang anak kecil yang paling rajin kulihat,
hampir 5 waktu shalat dia ada di deretan jamaah di masjid dekat kantor YOUTHCARE,
Danis kawan,
karena rasa penasaranku aku tanyakan padanya,
namanya, usianya, kesibukannya...
ah,
aku sangat kaget saat tau dia masih kelas 1 SD,
lebih kaget lagi kalau dia pisah dengan orangtuanya,
sekali lagi dialah Danis,
anak kecil hebat pecinta masjid.
dan sejak perkenalanku,
kami kian akrab,
sampai dia sudah kuanggap adik sendiri,
tak jarang dia bersandar di pangkuanku seusai shalat jamaah,
sering juga dia menungguku dan mencariku jika aku telat berjamaah,
dia pula yang menanyakan jika aku sempat tak shalat berjamaah,
dan ashar kemarin kawan,
dia sempat membenamkan mukanya,
raut mukanya memerah dan tatapan wajahnya menajam padaku,
dia sepertinya marah,
ah aku tak tau apa salahku...
mukanya memerah,
bukan sekedar marah,
dia sempat meneteskan air mata,
sedikit,
sampai aku mendekatinya dan menangkapnya,
memeluk dan menggendongnya,
"ihh Danis serem amat, kenapa sih?"
"kok lama gak shalat di masjid?"
demikian ucapnya,
dia nampaknya sangat kehilangan diriku,
benar saja,
sejak YOUTHCARE pindah kantor,
akupun jarang ke pasar minggu,
tak lagi shalat di masjid yang seringkali dipakainya,
tak lagi sering menatapnya,
dan..
setelah tiga pekan ini,
aku menyempatkan diri shalat berjamaah disitu,
Danis ternyata selama itu memendam rindu,
dan kecemburuannya membuncah,
seolah aku meninggalkannya...
Danis kawan,
bahkan dia sempat mengalirkan air mata,
terlebih saat kubilang "om kan kantornya sudah pindah..."
wajahnya memerah,
sambil sesenggukan dia menatapku tajam,
berlari menuju kakeknya dan meninggalkanku,
kalo bukan karena cinta, dia takkan cemburu,
dia takkan mungkin bersikap seperti itu,
takkan mungkin kehilanganku,
dan dialah Danis kawan,
sejak aku memberanikan diri untuk mengenalnya,
seketika benih cintanya tumbuh,
terlebih dia yang harus mengais cinta dari kakeknya,
bukan ibu dan ayahnya,
Danis kawan,
dia memiliki cinta yang utuh,
Astaghfirulloh...
dan dia mencintaiku,
akulah kakaknya..
akulah omnya...
"ke masjid yang rajin ya,
Insya Allah kita akan bisa terus ketemu,
kalo di dunia pisah, di surga bisa terus-terusan...kekal disana"
demikian ucapku pelan,
entah dia dengar atau tidak,
baginya berat ditinggalkan orang yang peduli padanya.
kalo bukan karena cinta, dia takkan cemburu,
dia takkan kehilangan,
dan perhatianku menumbuhkan cintanya...
kalo bukan karena cinta...
aku takkan menuliskan dan memposting kisah ini,
demi Allah,
akupun mencintainya karena Allah,
semoga ALlah ekkalkan cintaku padanya hingga ke-Surga,
seperti pintanya "pingin deh punya Ayah kayak kakak"
ah,
suatu saat Denis,
di surga sana,
semua pintamu akan terwujud.
jelang tengah malam,
dalam perenungan jelang diskusi komunitas.
23.40 wib, 30 mei 2012
mokhamad kusnan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
ana sudah membaca bbrp cerita tntg si kecil danis.. bolehkah ana mengetahui wajah aslinya?
BalasHapusboleh saja
BalasHapus