Minggu, 08 Januari 2012
"saya islam, mas..."
kawan,
akhir-akhir ini,
bagi yang tinggal di jakarta,
mungkin sudah tidak asing dengan jalanan yang digali,
ratusan,
bahkan mungkin ribuan tukang gali bergerilya menanam kabel jumbo merah itu,
tak kenal siang maupun malam,
tak kenal panas ataupun hujan,
mereka bahu membahu menanam kabel merah jumbo itu.
kawan,
tapi pernahkah kita berpikir tentang manusia-manusia kumal itu,
banusia yang berlumur tanah dan kusam itu,
pernahkah terpikir untuk bertanya pada mereka,
dimana mereka tidur?
apa yang mereka makan?
rumahnya?
sholatnya?
mandinya?
atau?
astaghfirulloh,
bahkan hati kita mati untuk sekedar ingin tau tentang mereka?
"ngapain mikirin mereka, diri sendiri aja masih banyak kesulitan"
kawan,
setidaknya kita masih punya hati,
MEREKA JUGA MANUSIA YANG SAMA SEPERTI KITA.
dan kawan,
inilah cerita tantang mereka,
inilah hasil diskusi dari keingintahuan saya yang sangat itu,
namanya Darto,
beliau salah satu dari ratusan manusia kumal berlumur tanah yang sering kita saksikan di pinggiran jalan,
manusia penggali lubang untuk memasang kabel listrik,
subuh tadi,
aku menemui beliau di masjid dekat sekretariat YOUTHCARE,
mereka sudah beberapa hari tergeletak bagai pengungsi,
tidur beralas kardus dan telantar diantara ruko-ruko bisu dekat terminal pasar minggu,
5 gulung kabel jumbo berwarna mereka itulah yang membuat mereka harus stay disitu,
tak kenal panas, hujan, kotor, siang, malam,
mereka terus gerilnya,
mengejar waktu menanam kabel jumbo merah,
keingin tahuanku terjawab pagi ini,
diantara puluhan manusia terlantar itu,
satu dari mereka berusaha bangkit,
dengan kain sarung dan baju kumalnya memaksa diri melangkah ke masjid,
memenuhi kumandang adzan subuh,
ya....hanya beliau yang shalat...
sedang yang lain masih nyenyak tertidur,
dan biasanya mereka akan terbangaun saat diusiar satpam nanti..
"Darto, mas...."
demikian jawabnya saat kutanya namanya siapa,
perawakannya stabil,
lebih gemuk dariku yang pasti,
tubuhnya cukup ekkar untuk jadi seorang kuli gali,
coklat tua, kusam...
air wudhu yang membuatnya sedikit segar,
ah itulah nasib tukang gali,
saat bekerja mereka tak jauh beda penampilannya dari tikus got,
berlumur tanah, kotor bukan main,
tapi mereka mansuia yang sama seperti kita,
Dartto,
hanya beliau yang masih memepertahankan kewajiban shalat,
hanya beliau yang masih istiqomah menghadap Tuhannya,
hanya beliau yang masih bangga menyebut "saya Islam, mas..."
hanya beliau kawan,
dari puluhan manusia yang sering kulihat di dekat sekretariat YOUTHCARE,
para penggali, kuli...
dan jawaban singkat itu kudapat saat [perbincangan memusat pada pertanyaan ringanku,
"kok pak Darto sholat? yang lain pada gak sholat tuh pak?"
dan jawab singkat dipilihnya "saya Islam, mas..."
"saya Islam, mas..."sebuah pengakuan emplisit tentang konsekuensi,
bahwa ada konsekuensi saat kita mengaku islam,
dan Sholat...menjadi pembeda...
menjadi ciri,
menjadi jati diri,
demikian dengan pak Darto,
sang kuli gali itu,
"saya islam, mas..."
semoga semua yang mengkau Islam sama seperti pak darto,
tak pandang siapapan kita, apapaun aktivitas dan kesibukan kita,
dan sholat harus tegak didirikan...
"saya islam, mas..."
pagi syahdu di markas YOUTHCARE,
sambil mendengar murottal Musyari Rasyid,
Inspirasi dari tukang gali pinggir jalan...
kubagi untuk semua,
9 januari 2012
Mokhamad Kusnan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar