Selasa, 21 Februari 2012

mengukur produktivitas "ngaji"


malam itu raut muka anak-anak itu agak aneh,
ada yang semangat, ada yang terlihat kebingungan,
ada juga yang bengong agak kaget, diam...

ya,
di malam itu aku memberikan tugas ke mereka untuk mengadakan kegiatan,
mengiosi liburan, menguji usia tarbiyah,

ya,
sudah hampir setahun mereka "ngaji" denganku,
sudah hampir setahun transfer ilmu, wawasan, 
sudah setahun sentuhan tarbiyah mereka rasakan,
dan malam itu ujian bagi mereka,
menguji usia tarbiyah mereka,


hanya 4 anak malam itu,
anak usia kelas 2 SMP,
yang semuanya anak aktivis dakwah,
anak-anak hebat dan unik,
anak-anak pejuang yang kini mendapat amanah menjadi anggota dewan,

dan malam itu,
aku memberikan tuga ke mereka,
untuk membuat program "holidaycamp",
sebuah perkemahan anak-anak usia SD,
anak-anak para aktivid dakwah,
sejumlah sekitar 100an orang.

"kak, gimana cara bikin proposalnya? aku kan belum pernah buat?"
"kak, tugas ketua ngapain aja"
"kak, nyari dananya gimana?"
"kak, nanti promosinya gimana?"
"kak, terus kita yang jadi murobbinya disana?"
sederetan pertanyaan muncul,
dari anak-anak polos itu

aha,
sederetan pertanyaan kawan,
bagaimana, bagaimana, dan bnagaimana...
memang itu yang kutunggu,
bukan sebuah keluhan,
tapi sederatn pertanyaan,


kawan,
mengukur produktifitas halaqoh,
sudah sejauh mana tingkat produktivitas halaqoh kita?

ada seorang kawan,
cukup lama beliau mengikuti kegiatan halaqoh,
bahkan hingga sudah memiliki putra 3 anak,
namun, sampai kini beliau belum memiliki binaan,
"akhi, ana ini kok berat ya untuk mengisi halaqoh,
beberapa kali dicoba tapi belum berhasil,
jujur malu juga dengan istri,
dia sabtu ahad selalu minta diantar atau minta izin mengisi halaqoh,
binaannya banyak,
gak jarang juga halaqohnya dirumah,
akhi, berarti ane belum produktif ya?"
demikian ungkapnya kepadaku,

ada juga seorang bapak-bapak,
paling rajin kalo halaqoh,
dan selalu minta izin kalau berhalangan hadir,
selalu membawa catatan,
selalu mempersiapkan diri,
dan selalu ada diskusi saat halaqoh,
hinga sekarang memiliki 2 putri,
 beliau juga belum memiliki binaan,

namun ada juga,
seorang ikhwah,
memiliki tiga kelompok halaqoh,
mulai dari anak-anak SMA hingga pemuda pengangguran,
kesibukannya luar biasa,
anaknya banyak,
tapi binaanya tetap banyak,

ada lagi,
beliau sudah lama ngaji,
dari bujangan hingga ber istri,
dirumah bukunya menumpuk tinggi,
kajian pun sering diikuti,
tapi sampai saat ini masih sendiri,
belum lah ada murid barang sendiri,
"ane sibuk akh,
ngurus keluarga aja sibuk,
untuk liqo dan ikut kajian-kajian aja udah mepet waktunya,
apalagi kalo ngisi liqo" demikian ucapnya.


kawan,
banyak cerita,
banyak ralita,


kawan,
mengukur produktifitas halaqoh,
sejauh mana pemahaman kita?
sejauh mana perubahan yang kita terima?
dan sejauh mana produktifitasnya?

ada sebuah pertanyaan menggelitik,
"sudah berapa lama antul halaqoh? kok masih belum unya binaan juga? mandul dong?"
atau sindiran lain,
"sudah berapa lama antum liqo? masa hafalan belum nambah juga?"
atau yang lain lagi,
"sudah berapa lama liqo?, masa shalat subuh aja harus dipaksa bangun dulu?"

mengkur produktifitas halaqoh,
bahwa halaqoh utnuk meng-upgrade diri,
melejitkan pemahaman dan aksi,

suidah berapa lama halaqoh?
sudah berapa binaan?
sudah berapa aksi kamu ikuti?
sudah berapa hafalan?
sudah berapa pemahaman?
sudah banyakkah wawasan?

mengukur produktivitas "ngaji"
saatnya introspeksi diri,
pagi syakdu diiringi lantunan Musyari Rasyid
Mokhamad Kusnan
22 februari 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar