seri heroik anak smp 4:
sing itu aku sempatkan ke sekolah,
ke smp dimana aku didik dengan ketat,
dimana pendidikan militansi kuajarkan,
dimana keseriusan perjuangan aku tanamkan,
"kak, pokoknya kakak harus ke sekolah,
sekolah dingin...proposal kita diabaikan,
malah wakil kepala sekolah menolak menandatangani,
terkait dana kak, sekolah gak mau membiayai"
demikian sms yang membuatku ke sekolah,
menemui mereka,
siang itu,
seusai shalat dzuhur berjamaah,
seusai bel pulang berbunyi,
sekitar belasan anak smp berkumpul bersamaku,
di mushola pengap yang tak lama lagi kabarnya akan dibongkar,
"oke, gini aja,
kita coba sekali lagi,
bilang ke sekolah seluruh dana dari anak ROHIS,
kita akan cari.
mustahil Allah biarkan hambanya kesulitan,
sementara hambanya memperjuangkan kepentinganNya"
demikian aku menyemangati
dan hari berikutnya,
mereka dengan semangat memperbaiki proposal,
menyampaikannya lagi ke wakil kesiswaan,
nihil..beliau masih menolak,
alasan dana dan kesibukan
"bu...kak kusnan yang nanggung dana"
demikian singkat mereka menjawab.
alasan yang kuajarkan ditolaknya juga,
sang guru simpel,
kurang percaya dengan kemampuan anak-anak itu,
mengumpulkan dana sekitar 4 juta dalam sepekan,
belum lagi harus berhadapan dengan kepala sekolah.
"bener ini kak kusnan yang menanggung dananya semuanya?"
jawab kepala sekolah,
setelah mereka menjelaskan,
"bapak cukup tanda tangan sisanya kak kusnan yang urus"
demikian tambah anak-anak itu,
"beresss..."
demikian serentak mereka berucap,
tantangan berikutnya menyemangatiku mencari 4 juta,
dalam seminggu..
"wah kok setega itu kalian ama kk?"
demikian aku menegur sikap dan cara mereka,
"tenang kak, ajari kami, kami akan bekerja"
masa iya 20 anak gabisa cari 4 juta dalam 5 hari?
kakak kan pengusaha, ajari kami kak"
demikian mereka bersemangat,
dan,
siang itu,
aku beserta 7 anak berkomitmen mencari 4 juta dalam 5 hari,
beberapa anak lain sibuk mewakili sekolah ikut lomba,
keadaan sekolah sedang banyak kesibukan,
"bakti sosial ini harus berhasil kak,
kepala sekolah dan guru-guru harus kita sadarkan,
bahwa ROHIS bukan sembarangan"
demikian yang kelas 8 menyemangati kami.
"oke, kita mulai dari diri sendiri, kk infaq dulu nih"
ucapku menambahkan dan memeberikan beberapa lembar ratusan ribu.
5 hari itu menjadi hari-hari perjuangan,
sepulang sekolah mereka harus berpencar,
dari toko ke toko, lembaga ke lembaga, kantor ke kantor,
dengan modal belasan proposal foto copian dengan cap aseli sekolah,
7 anak itu terus mencari peluang,
mendatangi kelas,
menanyakan siapa orang tua yang kaya,
dan mendatangi kerumahnya,
meminta kontribusi untuk aksi sosial,
==
sabtu,
di hari eksekusi acara,
sekitar 30 stand makanan dari tiap kelas ramai dikunjungi siswa/siswi,
ruang pertemuan ramai dengan puluhan masyarakat yang antri ingin berobat gratis,
puluhan anak dhuafa terlihat senang dengan senyuman lebar membawa bingkisan santunan,
beberapa panitia sibuk dengan aktivitasnya,
keringat membasahi raut wajah mereka,
tak ada peluh terlihat,
kecuali binar mata keceriaan dan kerja keras,
man jadda wajada,
barang siapa sungguh-sungguh akan mendapatkan hasil,
"subhanallah, habis berapa juta ini acara nan?
sayang kepala sekolah gak datang, beberapa guru juga diajaknya"
demikian salah satu guru yang selama ini mendukung ROHIS bicara,
ya,
saat itu kami belum berhasil menyadarkan kepala sekolah dan jajaran wakilnya,
beliau memilih pergi dan mengajak wakil-wakilnya,
"tak apa pak, tujuan kami Alloh kok. toh semua ini juga terlaksana atas kehendak Alloh"
demikian ujarku singkat, beliau hanya menepuk pundakku.
==
sehari berikutnya,
setelah kami evaluasi,
total dana yang berhasil kami himpun melebihi 6 juta, lebih dari target.
dan dana sisa masih mencapai 800ribuan.
"ada yang mau cerita,
gimana dapat dananya?"
demikian aku memulai pembicaraan,
sekaligus mengajarkan kepada yang waktu itu tak berkesempatan mencari dana.
"kami jualan, ke kantor-kantor, pokoknya nyari lah sampai dapat" salah satu anak bicara.
"aku ke kantor kelurahan. terus kasih proposal,
sehari kemudian aku kesana lagi,
mau ketemu lurahnya langsung,
waktu itu jam 1 siang,
kata petugasnya lurahnya pergi,
kembali jam 4an dan akan pergi lagi pulang kerumah.
lalu aku tunggu saja,
sampai lewat ashar.
saat petugas mengusir aku tetap menunggu,
pokoknya aku gak akan pergi sebelum kelurahan ngasih dana.
sampai lurah kembali,
dan aku sampaikan maksudku,
alhamdulillah kelurahan membantu 200ribu"
demikian ucap salah satu anak.
"aku ke kantor ayahku,
membawa proposal dan presentasi disana,
terus keliling ke semua karyawan yang sekitar 40an orang,
dan setelah semua uang kuhitung jumlahnya sejuta lebih" ucap yang lain.
"aku ke kantor bulan sabit merah,
minta mereka menjadi penyelenggra pengobatan gratis,
tapi mereka menolak,
dan mengajak kerjasama membayar murah,
aku terima aja, tapi meminta mereka tunjukkan donatur mereka yang terdekat dari sini
aku samperin donatur mereka, dan mereka mau membiayai" demikian cerita yang lain.
==
man jadda wajada,
dan demikianlah kesungguhan itu membawa keberhasilan,
dan bahwa dakwah ini butuh keseriusan,
butuh totalitas aksi dan hati,
butuh optimalisasi potensi,
man shabaro zhofiro
dan demikianlah bukti kesabaran,
bahwa kesabaran itu bukan berarti diam,
tapi berbuat lebih dan tak menyerah kalah,
sabar itu ikhtiar lebih,
mengoptimalkan potensi saat semua aksi sudah dicoba,
menghadirkan pikiran dan totalitas hati,
man jadda wajada,
karena semua butuh keseriusan,
seperti anak belia palestina yang rela meninggalkan masa kanak-kanak,
untuk melahap dan mengegnapkan hafalan qur'an,
dan kemudian maju dengan gagah berani,
agar sahid bereka berkualitas tinggi,
mujahid hafidz...dan kelak bisa memakaikan mahkota surga untuk ibunya
man jadda wajada,
karena dakwah butuh keseriusan,
butuh senyuman baru dan semangat baru,
butuh cara baru dan kreasi baru,
man jadda wajada,
man shabaro zhofiro,
kerja keras saja tak cukup,
tapi bersabar akan hasil kerja itu,
dan terus mengoptimalkan kerja,
pokoknya terus bekerja,
hingga Allah hadirkan kemenangan atau syahid mendahului,
man jadda wajada,
seperti 6 anak yang mewujudkan mimpi diantara menara negara-negara,
maka dakwah ini pun akan terus melaju,
hingga mimpi-mimpi akan terrealsisasi,
hingga Allah hadirkan kemenangan sejati,
entah saat itu kita turut serta atau tidak,
yang pasti aku berharap mati dalam rangka memperjuangkannya,
man jadda wajada,
tengah malam di ibukota,
00:00 WIB,
28 februari 2012
Mokhamad Kusnan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar