seri heroik anak smp 5:
"kak, hari ini ke sekolah ya, mau muntah saya.."
demikian smsnya,
hari ini pembongkaran itu akan dilakukan,
mushola tempat kami mendidik militansi anak-anak itu akan dihancurkan,
selama dua pekan ini kami sudah negosiasi,
pendekatan ke guru-guru...nihil,
semua guru sudah takut, tak ada yang berani membela,
semua nurut dengan kehendak kepala sekolah baru itu,
"kita sudah ikhtira,
jika besok tetep dibongkar maka itulah rencana Allah,
dakwah harus tetap berjalan,
besok sore semua kumpulkan anak-anak,
ada yang ingin kk bicarakan"
demikian smsku pada sang ketua ROHIS,
dia masih terlalu kecil untuk mengurus ujian itu,
"kalo ushola benar-benar dibongkar,
kita akan mentoring dimana kak?
dan acara-acara kita akan dimana?
sholat dimana?"
demikian pertanyaan bertubi-tubi anak-anak mungil itu,
=
siang itu,
perjalananku ke seolah itu penuh emosi,
ini ujian terberat kami,
setelah ekskalasi dakwah yang kami lakukan,
setelah tanaman tarbiyah itu mulai berkembang,
kini Allah hadirkan ujian berat itu, mushola kami akan dihancurkan,
sesampai disekolah aku langsung keruang guru,ke kantor,
seluruh petinggi sekolah dan jajarannya tak ada, sesuai dugaanku,
semua guru bungkam saat kudekati dan tanyakan,
seolah tak ada lagi yang membantu dan peduli,
siang itu,
raut muka sekitar 30an anak-anak binaanku memerah,
kesedihan membuncah tak tertahankan,
ada yang tak sanggup melihat, menutup matanya, terdiam dalam desak tangis,
ada yang tertunduk, kemudian jongkok dan menunduk, larut dalam sedih,
aku sendiri tetap berusaha tegar, berdiri tegak,
kami semua,
menatap bangunan yang sudah sekitar 3 tahun kami jadikan tempat penggembelngan,
tempat menanam benih-benih tarbiyah,
tempat menyemai tunas-tunas ukhuwah,
saat itu perlahan dibongkar,
palu besar merobohkan tembok demi tembok,
hiasan-hiasan dinding dilepas dan dibuang seenaknya,
mading-mading kreasi kami, ditumpuk dan dibuang,
semua dimasukkan ke tong sampah besar,
logo dan stiker rohis kami, dilepas,
siang itu,
pukulan keras palu besar mulai meruntuhkan tembok,
papan triplek satu demi satu dibongkar,
mushola semi permanen sederhana itu dihancurkan,
30 anak itu menyaksikan bersama denganku,
ujian terberat itu, saat mushola kami dihancurkan,
dan dengan mata telanjang, kami semua menyaksikan,
derai tangis dan kepiluan mengiringi runtuhnya bangunan itu,
bangunan tempat kami menanamkan militansi,
bangunan tempat kami menyemai ukhuwah dan membangun cinta,
==
hari-hari berikutnya anak-anak banyak terdiam,
pertemuan pertama setelah bangunan mushola itu dihancurkan hanya dihadiri segelintir anak,
kami sekarang mengadakan pertemuan di kelas,
siang itu wajah-wajah layu mereka tampakkan,
semangat dan gelora mendalam hilang seketika,
seolah mulai saat itu dakwah kami diruntuhkan,
bersama runtuhnya bangunan sederhana,
runtuhnya bangunan yang setiap bulan kami hias,
kami perindah dan buat wangi,
agar banyak dan makin banyak yang senang kesana,
untuk sekedar membaca buku koleksi kami atau mendirikan shalat,
namun pertemuan siang itu amat dingin,
tak ada gelora..tak ada semangat..hilang termakan diam,
bersamaan dengan itu kesibukanku kian bertambah,
aku sering keluar kota,
alhasil aku jarang ke sekolah itu,
semangat memudar,
tiga kali pertemuan setelah pembongkaran itu dihadiri tak lebih dari 5 anak,
sedikit...tak ada semangat...
seolah menambah sata penderitaan.
ditambah pula aku absen hampir sebulan karena kesibukanku,
"assalamualaikum...
dik, besok kita ROHIS ya,
ada oleh-oleh dari surabaya nih buat kalian,
ajak yang lain ya..
ayo tetap semangat"
demikian smsku pada salah satu anak,
"kak?
memang ROHIS masih ada ya?
kemarin di daftar ekskul nama rohis sudah tidak ada,
di daftar kegiatan hari sabtu juga rohis dicoret,
anak-anak sudah beralih ke ekskul lain,
percuma kak besok kakak ke sekolah"
demikian jawaban yang kuterima,
aku sempat sedih membacanya,
seolah tak hanya bangunan mushola itu yang dihancurkan,
semangat anak-anak itupun diruntuhkan,
organisasi kami dihapuskan,
seolah semuanya bagai palu yang menghantam hatiku,
dalam rakaat malam aku mengadu,
inikah akhir perjuangan?
atau inikah ujung ujian?
inikah hasil 4 tahun aku dedikasikan?
waktu, pikiran, semuanya?
ah,
tak mungkin Alloh memiliki niatan buruk pada hambanya,
terlebih hamba yang memeprjuangkan kepentinganNYa,
dalam munajat aku terus mengadu,
==
siang itu,
membawa beberapa oleh-oleh aku melangkahkan kaki ke sekolah itu,
tak ada sambutan hangat dari anak-anak itu,
tiga anak perempuan dengan dua lelaki yang menungguku,
siang itu aku telat sampai sekolah itu,
"yang lain mana?" demikian tanyaku.
"anak-anak gamau ikut rohis lagi kak,
rohis sudah dihapus dari daftar ekskul,
mushola juga udah di bongkar,
apa yang masih kita harapkan lagi?"
demikian salah satu anak menjawab,
"ini ada oleh-oleh dari surabaya,
silahkan buat kalian"
ucapku sambil memberikan dua kantong besar,
berisi makanan dan handycraft,
anak-anak itu menerima,
namun belum ada binar mata dan keceriaan,
hanya anggukan dan ucapan terimakasih dingin,
"kita makan baso yuk?
kk belum makan siang nih
semua kk yang traktir deh"
ajakku pada mereka,
dan kami kemudian berjalan ke tukang baso,
tak jauh dari sekolah itu,
kepedihan demi kepedihan,
selama tak kurang dari 3 bulan masih menyelimuti kami,
pertemuan pekanan tak semangat lagi,
kesibukanku menambah lemahnya suasana,
pertemuan dua pekanan itu hanya dihadiri segelintir anak,
kadang hanya bertiga, kadang bahkan tak seorangpun datang,
namun aku tetap komitmen untuk datang,
di ruang kelas kumuh kami lakukan,
pembinaan harus terus berjalan,
apapun yang terjadi...
bulan keempat setelah pembongkaran itu,
aku dikejutkan oleh anak-anak itu,
saat di raport mereka tak ada lagi nilai ekskul ROHIS,
seolah makin menambah daftar runyam ujian,
orang tua mereka makin tak memiliki semangat lagi mengizinkan anaknya ikutan,
cara demi cara,
aku terus mengupayakan kebangkitan,
mulai dari mengajak mereka nonton di bioskop,
mentraktir mereka di fast food,
memberi hadiah-hadiah kecil dan handycraft sepulang aku dari luar kota,
nihil....semua usaha masih nihil..
ujian terberat itu,
saat mushola kami dihancurkan,
disusul melemahnya semangat anak-anak itu,
ditambah organisasi kami dihapuskan,
dilengkapi orang tua mereka yang tak mendukung lagi,
ujian berat itu,
inikah akhir dari 4 tahun pembinaan?
inikah akhir jalan perjuangan?
inikah akhir dari buah tarbiyah?
ujian berat itu,
ah...aku yakin ada maksud besar Allah hadirkan ujian ini,
aku yakin Allah hendak menaikkan derajat kami,
aku yakin Allah menguji reputasi kami,
malam syahdu aku berikrar akan memulai kebangkitan lagi,
==
sore itu,
di kebun raya bogor,
sata bujuk rayu kepada mereka,
setelah satu demi satu kami sambangi rumah mereka,
api semngat itu perlahan kami hidupkan kembali,
gelora jihad kami tumbuhkan kembali,
"seharusnya kita berpikir kenapa Allah uji kita dengan hal ini,
seharusnya kita bersyukur dengan ujian berat ini,
mushola dihancurkan...rohis tak lagi diakui dan dihapuskan dari daftar ekskul,
semua menguji komitmen dan ketsiqohan kita pada islam,
menguji apakah kita akan terus semangat memeperjuangkan agamaNya,
menguji setelah beberapa tahun tarbiyah kita,
adik-adikku,
inilah momentum buat kita untuk bangkit,
Allah telah menyeleksi mana yang serius dan mana yang hanya main-main,
seperti yang ad di al-Qur'an, Allah akan hadirkan ujian,
takkan membiarkan keimanan kita begitu saja bertumbuh,
aha...seperti zaman Rasulullah,
ujian demi ujian hadir menguatkan,
memperkokoh dan mensolidkan barisan,
adik-adikku...dan inilah saatnya kita diuji, untuk tumkbuh lebih besar...
dan kita akan buktikan, bahwa keimanan kita masih ada, bahwa semangat itu masih ada,
bahwa janji Allah pasti adanya, setelah eksulitan ada kemudahan..
Allohuakbar...Allohuakbar...Allohuakbar"
sore itu,
di kebun raya bogor itu,
belasan anak membuat komitmen lagi,
teriakkan takbir semngat menggelora,
kami akan bangkit kembali,
ujian terbarat itu,
bahkan kadang malah akan membuat kita besar,
ujian terberat itu,
justru titik tolak menuju kebangkitan,
ujian berat itu,
menyeleksi dan memilih yang terkuat,
untuk kemudian menanggung amanah berat,
menuju kemenangan,
ujian berat itu,
saat mushola kami dihancurkan,
seolah mengingatkan,
bahwa inilah hakikat dakwah ini,
akan banyak cobaan dan uji,
menguji kekuatan semngat dan keimanan,
menguji hasil tarbiyah kita selama ini,
menguji keikhlasan kita,
ujian terberat itu,
saat mushola kami dihancurkan,
saat rohis kami dihapus dari daftar,
justru seharusnya membuat kita tersadar,
bahwa beginilah jalan dakwah itu,
ujian terberat itu,
saat mushola kami dihancurkan,
menyadarkan diri ini,
bahwa dakwah ini harus senantiasa mawas diri,
harus senantiasa siap dengan hal yang tak pasti,
harus senantiasa menguatkan diri
ujian berat itu,
saat mushola kami dihancurkan,
menyadarkan bahwa kita tak boleh terlalai,
pembinaan itu untuk menguatkan agar kelak siap dengan ujian,
ujian berat itu,
saat mushola kami dihancurkan,
pagi syahdu di kantor peradaban,
mendung segar di ibukota,
07:00 WIB,
29 februari 2012
mokhamad kusnan
Musholla 182 dihancurkan kak?
BalasHapusKenapa, alasannya apa? :o