Rabu, 07 Maret 2012
menanggung amanah langit
gerimis turun saat Mul mengantarku ke kampus kedinasan itu,
skuter tenaga mesin itu melaju menembus butiran air yang berjatuhan,
suasana pasar ramai,jalan lancar,
hanya beberapa menit kami sampai juga di kampus itu.
"Assalamualaikum Ustad...Kusnan"
demikian sapaan mereka padaku saat sekuter itu masuk ke gerbang kampus,
taruna yang tugas menjaga pintu masuk ramah menyapaku,
ah mereka sampai hafal namaku.
"Afwan kk belum shalat,
tadi niatnya bisa berjamaah dengan kalian,
kondisi tak emmungkinkan,
kk shalat isya dulu ya"
demikian ucapku pada beberapa taruna yang menyambutku di masjid itu.
tiba saat aku mengisi kajian,
"ini materinya mau tinjauan Psikologis atau Islam Kontemporer?"
tanyaku pada panitia,
"Islam kontemporer tad.."
mereka serentak menjawab,
ratusan peserta,
taruna sekolah kedinasan itu,
seusai kajian masih harus dilanjutkan dialog,
seperti biasa ada sesi sendiri untuk pengurus DKM itu,
penetrasi pemikiran,
mimpi demi mimpi,
motivasi dan inspirasi,
sepertinya mereka tak ingin akuberanjak pergi,
"afwan nih kk masih ada agenda lagi,
lain waktu kita lanjutkan lagi ya"
demikian ucapku,
jam menunjuk pukul 23.00
dengan ojek aku meninggalkan kampus kedinasan itu.
==
langkahnya terburu,
mendung gelap membuatnya khawatir,
segera beliau meluncur dengan motornya,
menembus sore ramai,
menyalib mobil demi mobil,
"afwan dik, abang pulang agak larut,
kamu tak usah menunggu ya,
makan lantas tidur segera"
demikian ucpanya lewat telpon,
suaranya jelas tegas terdengar olehku,
"bang, malam ini bisa menginap?
kondisinya semakin runyam,
kalo malam ini kita bisa selesaikan, mungkin sampai pagi.
besok seusai subuh semua harus diserahkan.
kalo tidak nasib anak-anak itu kasihan.
abang tau sendiri teman-teman sudah gabisa diandalkan"
demikian ucapku.
"sebelum subuh harus pulang Kus,
setor muka dengan istri, kan besok kerja juga"
demikian jawabnya,
tak ada keluh,
tak ada resah,
sampai saat ini hanya dia yang masih mau kontribusi di perjalanan mimpi-mimpiku.
==
jam 3 pagi dia sudah bangun,
beberapa rakaat tahajjud dilanjutkan doa dengan derai tangisan,
tak lama kemudian dia sudah siap dengan sapu dan kain pel,
sebelum orangtuanya bangun semua harus beres,
piring kotor di dapur harus rapi,
lantai-lantai harus bersih,
diapun harus sudah siap,
tiag bulan,
hinga suatu hari ibunya menanyakan penuh perhatian,
"kakak sebenarnya maunya apa?
sudah tiga bulan ini kakak selalu mengerjakan semua tugas rumah"
sementara dia hanya bisa tersenyum,
tak ingin terburu menyatakan keinginannya,
"kaka ingin membuat ibu senang,
kaka ingin berbakti seperti yang diajarkan Nabi,
kaka ingin menjadi anak sholeh"
hingga saat ibunya mendesak lagi,
diapun mengatakan,
"Ibu...kalo semua tugas rumah sudah kaka kerjakan,
kalo kaka bisa menjaga prestasi di sekolah,
kaka boleh kan ya aktiv di ROHIS, di remaja masjid, di karang taruna.."
kaka ingin menjadi amal jariyah untuk ibu"
dia,
ketua ROHIS itu,
kini sudah berada di kampus impian,
dan ibunya mendukung penuh setiap aktivitas dakwahnya,
padahal dulu dilarangnya sejadinya
==
kemauannya tak bisa dibendung,
semangatnya tak bisa ditahan,
seolah tak ada yang lebih menantang dan menggiurkan,
selain memenuhi panggilan dan ajakan itu,
4 bulan bukan waktu sebentar,
2 juta juga bukan uang sedikit,
sementara pekerjaannya selama ini hanya berjualan roti bakar,
dia hanya bisa menyimpan setiap harinya tak lebih dari 20ribu,
bahkan kadang malah harus hutang,
dan untuk ikut khuruj selama 4 bulan ke palembang itu dia minimal punya 2 juta,
itupun sudah sangat murah,
hanya biaya transport dan makan sederhana,
kerja selama 4 bulan untuk dakwah 4 bulan,
==
anaknya tiga, lelaki semua,
dan semua butuh perhatian penuh,
suaminya kerja di perusahaan jepang,
sangat dituntut kedisiplinan dan loyalitas tinggi untuk perusahaan,
alhasil semua pekerjaan rumah dan tugas mendidik anak tanggungjawabnya.
setiap pagi bangun jam 3,
mengerjakan pekerjaan rumah seblum mengurus anaknya,
satu persatu diantarakan anaknya ke sekolah,
dilanjutkan mengajar,
sebagai guru SMP negeri dijalaninya untuk menambah biaya hidupnya,
ketiga anaknya sekolah di sekolah terpadu,
sangat menguras kantong suaminya,
"umi ingin pendidikan terbaik,
tak apa jika harus mahal,
nanti umi bisa ngajar atau kerja lainnya"
demikian akunya padaku,
bangun pagi buta,
tidur larut malam,
dia baru bisa tidur setelah semua tugas rumah selesai,
setelah mengurus suaminya bahkan,
kadang 4 jam, kadang hanya 2 jam,
demikian akunya tentang berapa lama dia tidur dalam sehari,
bagaimana sabtu-minggu?
ah jangan tanya kawan,
dia bahkan tak ada waktu jeda di dua hari itu,
kesibukan tambahan lainnya adalah membina,
si ibu tangguh memiliki 3 kelompok halaqoh yang harus dibimbingnya. setiap akhir pekan,
belum lagi aktivitasmnya mengajar majelis ta'lim ibu-ibu sekitar rumahnya,
atau aktivitas dakwah lainnya,
==
menaggung amanah langit,
dimana pekerjaan kita lebih banyak dari waktu yang ada,
butuh kesiapan,
butuh kekuatan,
butuh cinta dan senyuman,
menanggung amanah langit,
hanya sebagian orang yang merasakan,
dan menjadikan sebagai kewajiban,
menanggung amanah langit,
di setiap udara yang ia hirup,
disetiap air yang ia minum,
disetiap warna yang ia lihat,
disetiap rasa yang ia kecap,
disetiap kata suara yang ia dengar,
dan,
disetiap suara yang ia ucap,
setiap gerak yang ia lakukan,
setiap langkah yang dia ayunkan,
setiap detail yang ia pikirkan,
semua ditujukkan untuk menanggung amanah langit,
menanggung amanah langit,
karena da'i pewaris para nabi,
mereka menanggung amanah langit untuk bumi,
dalam setiap lapang atau sempit,
dalam suka atau duka,
dengan kesedihan penuh,
karena dakwah itu pilihan,
karena dakwah itu nikmat,
menanggung amanah langit,
refleksi untuk para aktivis dakwah,
pekerjaan kita lebih banyak dari waktu yang ada,
pekerjaan kita adalah amanah-amanah berat,
butuh kekuatan dan ketulusan penuh,
butuh cinta dan pengorbanan penuh,
kerja...kerja...kerja...
menangung amanah langit,
akan senantiasa banyak cerita,
akan senantiasa dipenuhi cita dan cinta,
hingga kelak Allah menangkan,
dan sibakkan mimpi-mimpi kita,
menangung amanah langit,
pagi mendung di ibukota,
06.44 wib 8 maret 2012
Mokhamad Kusnan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar