Jumat, 02 Maret 2012
seri heroik 10: ketika darah mengalir di ROHIS kami
seri heroik anak smp 10:
pembinaan demi pembinaan terus kami lakukan,
pensolidan semua anak-anak itu,
mulai dari mengenalkan mereka pada apa itu islam,
sampai membuat mereka jatuh hati pada dakwah,
jatuh hati pada penderitaan demi penderitaan,
30an anak-anak belia itu harus menelan pil pahit dakwah,
yang memaksanya meninggalkan masa kanak-kanak seusianya,
waktu-waktu istirahat di sekolah disibukkan dengan mengurus kegiatan,
sepulang sekolah kordinasi dan proses pewarisan dari kakak kelas ke adiknya,
sabtu dan minggu sering digunakan untuk sekedar membuat mading,
menyusun buletin,atau sekedar menyambangi rumah anggota rohis satu-satu,
tapi,
mereka tetap memiliki hak,
hak anak-anak untuk bermain,
dan hak tersebut selalu kami berikan,
selalu kami fasilitasi,
tarbiyah adalah ke pasar,
jualan, futsal, nonton, jalan-jalan,
tarbiyah adalah kreativitas,
mading, majalah, poster,
tarbiyah adalah ilmiah,
percobaan, penelitian,
tarbiyah adalah belajar
demikianlah pembinaan itu berjalan,
hak-hak mereka sebagai anak-anak diberikan,
namun pembinaan dengan sistem terpadu harus dijalankan,
ada saatnya anak dimanajakan,
ada saatnya anak harus dididik dengan ketegasan.
hingga pada suatu hari,
di ajang leadership training itu,
saat simulasi trust fall,
seorang anak belia kelas 1 SMP jatuh dan terbentur tangan yang lain,
kedua gigi seri atas patah,
darah berceceran,
suasana panik,
tangisan pilu sang anak dan histeris anak-anak perempuan,
acara penggemblengan anak-anak ROHIS SMP itu terhenti
sore itu,
kepanikan menyelimuti kami,
acara yang terdiri dari sekitar 30an anak itu terhenti,
kecelakaan itu menorehkan luka dalam,
harga mahal harus kami bayar,
sang anak harus kehilangan kedua gigi depan atasnya untuk selamanya,
pasalnya itu sudah termasuk gigi tetap,
jadi takkan tumbuh lagi sampain dewasa.
akupun cukup dibuat panik dan ketakutan,
orang tua anak bersangkutan tak terima begitu saja,
mereka berencana melaporkan dan menuntut ke sekolah,
sementara acara kami murni tak ada sangkut pautnya dengan sekolah
setelah dialog dan negosiasi,
sang ibu si anak memahami kami,
seandainya orang tua melaporkan ke sekolah,
maka nama ROHIS dan saya yang akan menjadi taruhan,
bisa jadi sekolah takkan mengizinkan ada kegiatan ROHIS,
atau musibah ini dijadikan alasan sekolah mengusir saya,
karena tak memperhatikan keselamatan peserta,
aku cukup lega,
orang tua si anak mau memaafkan,
hanya menanggung biaya operasi si anak,
pengorbanan terbesar si anak di rohis itu,
dia selamanya kehilangan kedua giginya..
dia akan ompong sampai akhir hayatnya,
==
sepekan berlalu,
si anak itu kini semakin ceria,
kontribusinya di rohis kian nyata,
paling aktif malah di angkatannya,
senyumnya masih bisa lebar meski dua gigi depan adalah gigi palsu,
bagaimanapun dia telah membayar harga perjuangan
karena beginilah dakwah,
hubungan silaturahim dengan keluarganyapun terus kujalin,
bahkan hingga kini masih akrab,
semua musibah lalu sudah dimaafkan,
ketika darah mengalir di ROHIS kami,
bahwa ada harga untuk perjuangan,
ada pengorbanan di setiap langkah juang,
dan anak itu telah merelakan darahnya bercecer,
dengan dua gigi depannya,
ketika darah mengalir di ROHIS kami,
siang jelang dzuhur di masjid al-Ikhlash jatipadang,
seusai membicarakan dakwah pelajar kedepan,
12.10 WIB 3 maret 2012
mokhamad kusnan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar