Jumat, 02 Maret 2012

seri heroik 9: karena dakwah butuh topangan uang

seri heroik anak smp 9:


semalam nyaris tak tidur,
dari kemarin sore bersama belasan anak-anak mungil itu sudah memeprsiapkan,
malamnya komunikasi via telpon dan persiapan lain-lain,
semua harus beres dan stanbay pagi-pagi sekali,
jam 05.30 semua harus ready di sekolah,

pagi itu yang hadir takoptimal,
tapi cukup banyak,
sekitar sebelasan anak,
rapi dengan pakaian kaos seragam youthcamp,
tapi bukan untuk camping,
dilengkapi dengan slayer orange,
tapi bukan untuk demo atau aksi,
haha...tapi untuk berjualan,

yup,
karena dakwah butuh topangan uang,
maka sejak pagi itu aku ajarkan mereka jualan
"ROHIS harus mandiri,
harus bisa membiayai dirinya dengan uang sendiri,
kalo gak sanggup dengan uang di kantong kita ya kita nyari,
tapi harus professional, jangan minta mulu,
Rasul aja jualan sejak kecil,
sebelum jadi nabi malah udah jadi miliarder,
jadi dakwah gak keteteran kepentok duit"
demikian penjelasanku pada anak-anak itu beberapa waktu lalu,

es nutrijel,
haha...
aseli 100% ramuanku,
semalaman aku yang nyerut,
ditambah omelan ortu,
diiringi lantunan syahdu murottal,
rasanya pasti maknyus,

pagi itu,
pagi syahdu semangat baru,
aku akan mengajarkan anak-anak belia itu mencari uang,
untuk menopang dakwah yang akan kami lakukan,
sekali lagi ROHIS harus mandiri,

pagi itu,
belasan anak itu membawa nampan-nampan mungil,
berisi beberapa gelas besar es nutrijel susu,
malu-malu mereka menawarkan,
berjam-jam mondar mandir
dan....belum juga laku.

anak-anak itu mulai mengeluh,
mulai tak PD untuk jualan,
"kak susah ya cari duit..
udah hampir satu jam mondar-mandir,
kaki udah pegel,
keringat udah ngocor,
belum dapet serupiahpun" demikian diantara keluhannya.

aku hanya tersenyum,
mencoba menyemangati,
"udah ada 100 orang belum yang ditawarkan?"
demikian,
agar anak itu tak kehilangan harapan,
"kalo belum mah belum apa-apa,
makin banyak yang ditawarkan makin banyak peluang yang beli,
senyumnya jangan pelit yah"
demikian ucapku,

tapi anak-anak itu keburu layu,
resah gelisah dan gerah menambah malas,
tak semangat lagi,

"nyari tiga ribu aja susahnya minta ampun kak"
demikian keluhnya lagi,
"baru ngerasa kan susah cari duit,
gimana ayah kita ya yang harus bayarin sekolah, rumah, makan, dan semua kebutuhan kita?"
demikian nasihatku,

pagi itu,
anak-anak itu seolah tersadar,
dalam seksama sambil berdiri,
memegang nampan kecil berisi gelas dan es nutrijelnya,
hingga dinginnya es itu membuat gelas nampak berembun,
belasan anak-anak itu mendengarkan ansihat-demi nasihat,
tentang bersyukur,
tentang harga perjuangan,
tentang pengorbanan orang tua,
hemm...mencari rupiah,

setelah sekian menit mendengarkan nasihatku,
mereka mencoba lagi,
nihil...belum juga ada yang laku.

aku yang tadinya diam menunggu,
melihat mereka mencoba jualan,
segera bertindak,
setelah ada yang menjaga pos kami,
maka aku membawa nampan paling besar,
gelas dan es nutrijel paling banyak,
suara paling lantang,
semangat membahana,
senyum selebar mungkin,
sapaan akrab ke semua yang kutemui,
"es nutrijel menyehatkan pak/bu.."

rayuan senyumanku berbuah hasil,
teriakan seru dan semangatku diserbu pembeli,
bapak, ibu, om, tante, sampai bocah-bocah tengil merengek minta es nutrijel.
gak kalah teknologi,
sebelum aksi kami,
aku biasanya menuliskan status di FB sampai berjajar,
berkali-kali mengingtakan kalo kami akan jualan,

anak-anak yang semangatnya mulai layu,
segar kembali,
mereka mengikutiku,
dibelakangku bahkan menyalibku,
menawarkan ke ribuan orang yang lalu lalang di pasar kaget STEKPI itu,

anak-anak itu sangat bersemangat,
tak lagi malu menawarkan teman seumurannya,
tak lagi ragu menawarkan sodara yang ditemuinya,
bahkan juga guru yang kebebtulan ada disitu,

hingga setelah sekian jam,
seluruh isi termos besar es nutrijel habis,
rupiah demi rupiah kami kumpulkan,
ribuan lusuh itu membuat bibir kami berbinar,
hari ini penuh keberkahan

==

sehari berikutnya,
aku dipanggil ke sekolah,
menanyakan perihal dagang itu,
perihal anak-anak yang menjual es nutrijel itu,
"kamu ngajarin jualan?
kamu ngajarin anak-anak nyari duit?
buat apa duitnya?
buat apa sih malu-maluin aja"
dan bla bla bla...
aku diam aja mendengarkan,
apapun yang terjadi..
haha...jualan tetap berjalan setiap akhir pekan,
setiap minggu pagi,
mulai dari es nutrijel, jus alpukat, jus mangga, air mineral, sampai brownies...

anak-anak itu tetap semangat,
menggalang dana dengan usaha sendiri,
menapaki jejak rasul, berdagang,
bukan untuk memperkaya diri,
tapi untuk membina kemandirian,
mengajarkan kepedulian,
membangun kepercayaan diri,
dan mereka menyukai,
dalam canda tawanya,
dalam keluh kesahnya,
dalam deraian kekringat di kening dan pipinya,
semangat kemandirian tetap mereka pertahankan

"bagaimanapun jualan ini jihad untuk kita.
kita harus bersemangat dan bersungguh-sungguh mencari uang,
untuk menopang biaya kegiatan ROHIS"
demikian semangatku ke mereka

karena dakwah butuh topangan uang,
bahkan anak-anak belia SMP itupun harus diajarkan kemandirian,
bukan dengan meminta tapi berusaha,
berjualan seperti yang diajarkan Rasul kita,

karena dakwah butuh topangan uang,
pagi cerah sambil menikmati pisang pasir ramuan sendiri,
aha...kapan-kapan jualan pisang ini ah...
08:24 WIB 3 maret 2012
MOkhamad Kusnan

1 komentar:

  1. boleh tuh idenya.anak rohis serdadu mau gak ya kayak gitu?tawarin kak kalo berani

    BalasHapus