seri heroik anak smp 8;
entah kenapa pihak sekolah langsung mengambil keputusan membongkar mushola,
padahal belum sejengkalpun tanah yang akan dibangun masjid itu digali,
lantas mau dimana shalat dilakukan selama masa pembangunan masjid itu?
demikian terus berselimut di benakku,
kebijakan kepala sekolah baru itu cukup aneh
"tata ruang sekolah mau diperbaiki,
kepala sekolah spesialis renovasi,
jadi itulah alasan kenapa mushola sederhana itu dihancurkan"
demikian ucap wakil kepala sekolah,
setelah kutanyakan perihal kenapa mushola dihancurkan,
kepala sekolah sendiri memilih diam saat berhadapan denganku,
SEKOLAH SEGAN,
mushola boleh dihancurkan,
rohis boleh dihapus dari daftar ekskul,
rohis boleh tak lagi ada nilai raportnya,
tapi pembinaan harus terus berjalan,
dakwah harus terus diperjuangkan,
satu hal yang membuat semangat pembinaan terus berjalan karena sekolah segan denganku,
sekolah tak berani langsung mengusir atau melarangku mengajarkan Islam di sekolah itu,
"kepala sekolah segan, kontribusi kusnan terlalu banyak,
sebagian guru sangat akrab dengan kusnan,
belum lagi anak-anak yang ketergantungan dengan kusnan,
kusnan juga termasuk anggota kommite sekolah,
kepala sekolah harus membayar mahal jika ingin mengusir kusnan"
demikian salah satu guru berucap.
MEMBAYAR HARGA
inilah beberapa alasan kenapa kepala sekolah tak berani mengusirku,
atau melarangku mendakwahkan Islam di sekolah itu,
sejak pertama kali aku menginjakkan kaki ke sekolah itu,
untuk pertama kalinya membina anak-anak ingusan yang kelak menjadi ROHIS,
aku sangat membina hubungan baik dengan pihak sekolah,
citra awalku baik karena dulu aku lulus dengan prestasi baik di sekolah itu,
alhasil sebagian guru yang kenal denganku kaget dan senang atas kehadiranku,
terlebih saat aku mengatakan "saya akan mengajarkan anak-anak ngaji bu..."
rumahku juga tak jauh dari sekolah itu,
bahkan guru-guru seringkali mampir
untuk sekedar makan siang selesai shalat jum'at di masjid komplek rumahku,
jadi tidak ada prasangka apapun terhadapku karena tau siapa aku dan rumahku,
demikian juga proses pembinaan awal,
aku memulai rohis bukan di mushola tapi di kelas,
secara tabligh dan memakai perlengkapan audio visual,
saat pertama kali aku memulai beberapa guru memperhatikan,
sangat kagum bahkan meminta diajarkan membuat slide presentasi untuk mengajar,
pun dengan penampilanku,
2006 pertama kali aku ke sekolah itu aku sedang sibuk-sibuknya mengurus bisnis,
jadi saat aku mengisi ke sekolah penampilanku juga rapi,
stelan rapi lengkap dengan dasi dan spatu pantofel itu,
terlebih temanku sering menjemputku,
seolah melengkapi pandangan sekolah terhadapku
akupun tak jarang menanyakan perihal akademik sekolah,
dan apa yang bisa aku bantu,
sampai aku dipercayakan masuk ke tim perumus kurikulum,
model pengajaran sebagian berasal dari otakku,
aku bahkan diajak untuk raker sekolah,
keakraban dengan guru terus aku bangun,
suasana kedekatan terus kusemai,
demikian juga rohis dan sekolah,
semua guru mendapat kartu ucapan lebaran dari ROHIS,
lengkap dengan foto mereka,
juga beberapa merchandise,
guru juga kami minta mengisi rubrik di mading,
bahkan juga di majalah sederhana kami,
tak jarang guru kami ajak ikut rihlah,
ikut menghadiri kegiatan-kegiatan kami,
bahkan saat-saat acara besar ROHIS,
seperti open house,
kami selalu mengundang kepala sekolah untuk hadir memberikan sambutan,
selalu aku tanyakan apa yang bisa kubantu untuk sekolah,
saat menjelang UN, aku mmeberikan training motivasi gratis untuk siswa kelas 9,
bahkan aku sempat 2 bulan mengajar matematika
khusus untuk mereka yang masih lemah njilai matematikanya,
semua tanpa aku meminta apapun,
hingga semua kelas meminta matematikanya aku yang mengajarkan,
alhamdulillah prestasi anak-anak di pelajaran itu melonjak,
sekolah sangat senang,
alhasil aku diundang di acara perpisahan,
yang bahkan tak semua orangtua diundang,
aku bahkan mengisi acara sharing motivasi di perpisahan itu,
juga dengan pembinaan rohis,
aku kemas semenarik mungkin,
dengan parameter pasti pencapaiannya,
anak-anak bisa membuat mading,
bisa menerbitkan majalah,
mewawancara guru untuk di masukkan ke mading dan majalah,
mushola kumuh kami hias sehingga guru sering menikmatinya,
untuk isitirahat dan sekedar membaca-baca koleksi perpustakaan mungil kami,
akademik anak-anak juga aku upayakan baik,
jadi sekolah sangat senang saat anak-anak rohis mendominasi prestasi akademik.
harga mahal itu telah kubayar,
saat kepala sekolah baru itu hadir,
membawa guru matematika yang lebih hebat dariku,
berusaha menggantiku di posisi penasihat kurikulum,
dan mengganti wakil kepala sekolah yang sangat akrab denganku dengan orang lain,
namun beliau tak berani mengusir dan melarangku membina rohis,
harga mahal itu sudah kubayar,
beliau segan dan tetapo menghormatiku,
membayar harga,
itulah yang mestinya dilakukan aktivis dakwah sekolah,
pencitraan kita dihadapan kepala sekolah dan guru harus baik,
harus banyak kontribusi kita dengan sekolah,
transparansi materi pembinaan,
parameter real yang bisa dilihat pihan sekolah,
terutama prestasi akademik anak-anak rohis,
semua unsur itu mutlak harus dimiliki agar dakwah sekolah bersemi indah,
agar sekolah menyadari peran penting aktivis dakwah seperti kita,
"buat apa ada mentoring?
toh anak-anak tetap bandel,
anak rohis juga gaada prestasinya,
alumni eksklusif dan gapernah menegur guru,
guru selalu duduk mendengarkan takpernah diberi kesempatan bicara,
seolah-olah alumni lebih pandai dibidang agama"
demikian pernah kudengar alasan disebutkan guru,
yang akhirnya pembinaan di sekolah terkait di hentikan,
bahkan kabarnya SANLAT sekolah itu dihandle Al-kahfi,
sampai alumni dilarang masuk ke sekolah itu untuk membina,
rohis boleh ditiadakan, tapi pembinaan harus terus berjalan,
untuk evaluasi pembinaan sekolah kita,
sudahkan sekolah segan dan merasa membutuhkan kita?
sudahkan hubungan kekerabatan sekolah dan alumni terjalin?
sudahkan prestasi anak-anak kita tingkatkan?
hingga guru-guru akan mengatakan
"seneng deh dengan anak ROHIS,
udah pinter, rajin, sholeh lagi,
ah pingin menantu ibu nanti kayak kalian"
hingga guru -guru mengatakan;
"kagum ama alumni rohis,
pinter-pinter dan sholeh-sholehah,
mau ikhlas mengajarkan adik-adiknya jadi anak pinter dan sholeh juga"
hingga seluruh siswa akan mengatakan;
"kak rajin-rajin ke sekolah ya..
kak kapan mentoring lagi...?
kak mentoring tiap hari aja..
kak pingin deh kayak kakak, pinter dan sholeh"
rohis boleh ditiadakan, tapi pembinaan harus terus berjalan
jum'at pagi di ibukota,
untuk dakwah sekolah bersemi indah,
06:34 WIB 2 maret 2012
Mokhamad Kusnan
keren kak....
BalasHapussangat menginspirasi...
BalasHapus