tak hanya materi tarbiah biasa,
tak hanya games dan simulasi saja,
tak hanya rihlah atau riyadhoh lainnya,
tak hanya refresing keluar kota,
tak hanya pengajaran al-Qur'an dan terjemahnya,
iya,
tak hanya itu,
dalam setiap kesempatan pertemuan selalu aku selipkan juga mimpi mimpi,
selalu aku dengan semangat gelora menggali mimpi-mimpi mereka,
mimpi-mimpi kami,
mimpi dakwah ini,
mimpi perjuangan kedepan nati,
demikian saat suatu kali dalam sesi mentoring di mushola sempit itu,
pernah aku memberikan tugas agar mereka menuliskan,
mimpi mereka untuk rohis; 5, 10, sampai 20 tahun lagi,
gambaran rohis akan seperti apa,
gambaran dakwah sekolah akan seperti apa,
dan aku cukup kagum saat membaca salah satu tugas mereka,
dalam lembaran tak kurang dari 3 lembar A4 itu si anak bercerita,
tentang mimpinya di 5, 10 dan 20 tahun lagi,
"pagi itu sekitar jam 9an aku sempatkan diri ke SMPku,
hari ini aku banyak waktu luang untuk mencari inspirasi,
penerbitan yang kudirikan kini sudah berkembang pesat,
selain menerbitkan buku islami untuk remaja,
juga kini telah merambah ke majalah islami gaul,
juga sudah tersedia versi digital, cukup banyak pembacanya,
di zaman serba internet menjawab tantangan versi digital itu,
perlahan aku parkirkan mobil di depan sekolah itu,
kini kondisinya sudah asri,
masjid besar dan asri menyambutku begitu masuk pintu gerbang,
satpam dengan ramah menyapaku dengan salam,
disebut juga namaku dengan santun,
waktunya istirahat,
terlihat anak-anak berlarian kesana kemari,
ada yang ke kantin,
ada kjuga yang bermain futsal di lapangan,
dan...subhanallah...banyak yang melangkah ke masjid besar itu,
anak-anak belia itu rapi dengan jilbab panjangnya,
meski mereka masih anak-anak SMP,
terlihat mereka sangat anggun dengan jilbab itu,
beberapa diantaranya berlarian ke arahku,
menyalamiku,
kami saling bersalaman dan berciuman,
beberapa memelukku erat,
maklum aku jarang ke sekolah ini,
sekarang sudah bukan diriku yang membina anak-anak putri itu,
sekarang rohis sudah terkoordinir,
kelas 3 membina kelas 1, kelas 2 dan 3 dibina alumni yang masih SMA,
langkah aku lanjutkan,
mendekat ke masjid itu,
terlihat beberapa anak putra sedang asyik saling berduaan dengan rekan sesamanya,
saling berpandangan,
saling menyetor hafalannya,
subhanallah...aku dengar banyak diantara mereka yang hafal lebih dari 3 jus,
dan pagi itu aku saksikan banyak pasangan yang sedang menguji hafalannya,
masjid besar dan asri itu penuh dengungan suara tilawah,
bahkan waktu istirahat itu tak ingin disiakan oleh anak-anak itu,
seolah mereka tak ingin menyiakan sedetikpun waktu kecuali untuk menyibukkan diri dengan Al-Qur'an.
di pelataran masjid itu terlihat banyak yang sedang asyik menguji hafalannya,
banyak juga yang tilawah, mereka sangat asyik menikmati lembar demi lembar,
setelah dua rakaat duha mereka mengisi dengan tilawah,
kekagumanku makin bertambah saat kutanya kenapa mereka tak ke kantin,
"afwan kami sedang shaum mbak...tiap senen dan kamis semua pengurus ROHIS membiasakan shaum"
seusau dua rakaat duha,
aku memandang ke sekitarku,
di lantai dua masjid itu,
banyak juga anak-anak putri belia itu,
yang asyik tilawah dan menguji hafalan,
rak buku penuh dengan buku-buku keislaman,
juga tak kalah ramai yang membacanya,
subhanallah...10 tahun setelah aku lulus dari sekolah ini,
dakwah ini kian bersinar saja,
jadi teringat saat dulu kak kusnan memintaku menuliskan mimpi-mimpi kami,
untuk dakwah sekolah kami,
untuk almamater SMP kami ini"
negeri mimpi, bukan dongeng,
seperti yang pernah kami lakukan di sebuah sawah di bilangan depok ujung,
di sore itu kami tegak berdiri,
membelakang matahari yang akan menutup diri,
dan seperti itulah kami akan bangkit kembali,
bahawa kami memiliki mimpi,
dan mimpi itu yang kini sedang kami rajut,
untuk kemudian menajdi lembaran sejarah,
menjadi pudzle-pudzle peradaban,
menjadi batu bata perjuangan untuk kemenangan,
menuju negri madani,
dan kami memulai dari sekolah kami ini,
negeri mimpi, bukan dongeng,
karena mimpi itu bisa diperjuangkan untuk terrealisasi,
bukan sekedar dongeng yang bisa dihayalkan,
negeri mimpi, bukan dongeng,
seperti YOUTHCARE yang bahkan cikal bakalnya dari pembinaan SMP ini,
seperti banyak pemuda negeri lainnya,
yang menyusun pudzle-pudzle mimpinya menjadi kenyataan,
negeri mimpi, bukan dongeng,
karena tanpa mimpi, negeri ini yang kini banyak tantangan,
akan kian redup saja kawan,
karena mimpi adalah harapan,
dan harapan itu selalu ada,
negeri mimpi, bukan dongeng,
seperti mimpi anak putri tadi,
untuk dakwah di 10 tahun lagi,
bahkan untuk negeri ini di 50 tahun lagi,
negri mimpi, bukan dongeng,
karena akan terus kami perjuangkan,
akan terus kami langkahkan kaki hingga terrealisasi,
atau kami akan mati diperjalanan itu,
seperti sebuah ikrar yang pernah kami baca bersama,
di sawah itu,
Betapa inginnya kami agar umat ini mengetahuibahwa mereka lebih kami cintai daripada diri kami sendiri. Kami berbangga ketika jiwa2 kami gugur sebagai penebus bagi kehormatan mereka, jika memang tebusan itu yg diperlukan. Atau menjadi harga bagi tegaknya kejayaan, kemuliaan, dan terwujudnyacita2 mereka, jika memang itu harga yg harus dibayar. Tiada sesuatu yg membuat kami bersikap seperti ini selain rasa cinta yg telah mengharu-biru hati kami, memeras habis air mata kami, dan mencabut rasa ingin tidur dari pelupuk mata kami. Betapa berat rasa di hati ketika kami menyaksikan bencana yg mencabik-cabik umat ini, sementara kita hanya sanggup menyerah pada kehinaan dan pasrah oleh keputusasaan.
Kami tdk mengharapkan sesuatu pun dari manusia; tidak mengharap harta benda atau imbalan yang lainnya, tidak juga popularitas, apalagi sekedar ucapan terimakasih. Yang kami harap hanyalah pahala dari Allah, Dzat yang telah menciptakan kami.
Kami sering mengangankan-andaikan angan2 itu bermanfaat-bahwa suatu saat tersingkaplah hati kami di hadapan penglihatan dan pendengaran umat ini. Kami hanya ingin mereka menyaksikan sendiri; adakah sesuatu dalam hati ini selain kecintaan yg tulus, rasa kasih yg dalam, serta kesungguhan kerja guna mendatangkan manfaat dan kebaikan bagi mereka? Adakah sesuatu dalam hati ini selain lara dan perih atas musibah yg menimpa mereka?
Namun biarlah, cukup bagi kami keyakinan bahwa Allah SWT mengetahui itu semua. Hanya Dia-lah yg menanggung kami dg dukungan-Nya, dan mengiringi kami dg bimbingan-Nya dlm langkah2 kami. Di tangan-Nya lah berada semua kunci dan kendali hati manusia. Siapa yg Ia sesatkan maka tak akan ada yg dapat menunjukinya, dan siapa yg Ia tunjuki maka tak akan ada yg dapat menyesatkannya. Cukuplah Dia bagi kami. Dia-lah sebaik2 tempat bergantung. Bukankah hanya Allah yg mencukupi kekurangan hamba-Nya?
ah,
entah mereka tau maknanya atau tidak,
namun aku yakin otak mereka menyimpan kata-kata ini,
dan kelak aku berharap mereka akan memahaminya,
dilain waktu bukan kini,
dan aku yakin pasti,
suatu saat mereka akan menjadi pejuang sejati,
negeri mimpi, bukan dongeng
karena dakwah ini adalah perjuangan merajut mimpi-demi mimpi,
dengan penuh keseriusan akan terus diperjuangkan,
entah oleh kita atau siapapun,
karena dakwah ini milik Alloh,
bukan milik kita,
berhentinya kita takkan mengurangi gerak perjuangan,
perginya kita takkan mengurangi barisan,
akan senantiasa Allah gantikan ketidak hadiran kita
negri mimpi, bukan dongeng,
seperti dini hari tadi bersama 7 pengurus YOUTHCARE,
kami berikrar untuk tetap bersama berjuang,
hingga visi kami menjadi kenyataan,
atau kami gugur di perjalanan memperjuangkannya,
negeri mimpi, bukan dongang,
siang jelang dzuhur di kantor pusat YOUTHCARE,
12:14 WIB, 4 MARET 2012
mokhamad Kusnan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar